Keesokan harinya, aku
memutuskan untuk terbang ke Singapura dan langsung menuju ke Rumah Sakit.
Sesampainya di rumah sakit, aku melihat keadaan Rasya yang terbaring lemah di
sana.
"Rasya, maafin aku, Sya.
Cepat sembuh ya"
"Alira, tenang ya. Kamu
berdo'a saja agar Rasya cepat sembuh"
Tiba - tiba ada Ibunya Rasya
yang datang dan memelukku. Dan tak terasa aku menangis di pelukankan ibunya
Rasya. Rasya, kenapa kamu nggak cerita kalau sakit separah ini?
Tiba - tiba dokter datang dan
memberitahu kalau Rasya sudah sadar. Awalnya aku tak ingin menemuinya. Namun
karena keadaannya seperti itu akhirnya aku memutuskan untuk menemui Rasya.
"Udah lah, jangan nangis.
Jelek tau" katanya
"Kamu ini. Sakit masih
bisa bercanda"
Tiba - tiba Rasya memintaku
untuk menemaninya jalan - jalan di taman rumah sakit. Di sana dia memintaku
untuk menemaninya sampai di sisa umurnya. Aku yang mendengarnya tak kuasa untuk
menahan air mata.
Setelah berbicara seperti itu,
Rasya mimisan. Namun, kali ini darahnya sangat banyak. Langsung saja dia masuk
ke ICU. Rasya koma lagi. Dokter berusaha untuk menyembuhkannya. Namun, Takdir
berkehendak lain. Rasya telah pergi untuk selama - lamanya
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar