Sabtu, 04 Juni 2016

Edit Posted by with No comments
              Ternyata benar, Rasya menderita kanker darah. Tuhan, cobaan apalagi ini? Kasihan Rasya. Dan aku belum sempat meminta maaf kepada Rasya.Rasya maafin aku. Aku nggak tau kalau kamu sakit separah itu.
            Keesokan harinya, aku memutuskan untuk terbang ke Singapura dan langsung menuju ke Rumah Sakit. Sesampainya di rumah sakit, aku melihat keadaan Rasya yang terbaring lemah di sana.
            "Rasya, maafin aku, Sya. Cepat sembuh ya"
            "Alira, tenang ya. Kamu berdo'a saja agar Rasya cepat sembuh" 
            Tiba - tiba ada Ibunya Rasya yang datang dan memelukku. Dan tak terasa aku menangis di pelukankan ibunya Rasya. Rasya, kenapa kamu nggak cerita kalau sakit separah ini? 
            Tiba - tiba dokter datang dan memberitahu kalau Rasya sudah sadar. Awalnya aku tak ingin menemuinya. Namun karena keadaannya seperti itu akhirnya aku memutuskan untuk menemui Rasya.
            "Udah lah, jangan nangis. Jelek tau" katanya
            "Kamu ini. Sakit masih bisa bercanda"
            Tiba - tiba Rasya memintaku untuk menemaninya jalan - jalan di taman rumah sakit. Di sana dia memintaku untuk menemaninya sampai di sisa umurnya. Aku yang mendengarnya tak kuasa untuk menahan air mata.
            Setelah berbicara seperti itu, Rasya mimisan. Namun, kali ini darahnya sangat banyak. Langsung saja dia masuk ke ICU. Rasya koma lagi. Dokter berusaha untuk menyembuhkannya. Namun, Takdir berkehendak lain. Rasya telah pergi untuk selama - lamanya
Tamat

0 komentar:

Posting Komentar